skip to main |
skip to sidebar
BACA SENDIRI AJHAA
Mulut
Suarez dan Santunnya Messi Ucapanmu adalah harimaumu. Ungkapan ini
populer hingga kini sejak pada masa kekaisaran Tsar Nicolas I di Rusia
1825-1855. Ketika itu, seorang sastrawan bernama Kodraty Ryleyev
dihukum gantung. Saat pelaksanaan, tali gantungan putus. Hal ini
diyakini masyarakat sebagai pertanda bahwa terhukum tidak bersalah
sehingga ia harus dibebaskan. Merasa menang, naluri pembangkangan
Ryleyev pun menggelegak. Ia kembali melontarkan kritikan pedas. Katanya,
"Pemerintahan sekarang ini tidak beres. Mereka bahkan tidak tahu
bagaimana caranya menggantung Anda." Apa yang dilontarkan mulut Ryleyev
menjadi harimaunya sendiri. Harimau yang menerkam balik. Sang Kaisar
marah besar mendengar ocehan pemberontak itu dan memerintahkan para
algojonya mengulang hukuman gantung. Pada 26 Juli 1926, Ryleyev mati di
tali gantungan. Ucapan memang harus dijaga, salah-salah dapat
mengundang malapetaka. Emosi mesti tetap dipelihara agar tidak
menimbulkan persoalan. Namun, dalam situasi emosional, boleh jadi
pelajaran moral dan etika akan terpinggirkan sesaat.
Adalah bintang sepak bola
Uruguay, Luis Suarez, yang menjadi pemberitaan heboh di Liga Premier
Inggris. Lontaran kata-kata dari mulutnya kepada Patrice Evra berujung
hingga ke badan komite disiplin Federasi Sepak Bola Inggris (FA).
Striker Liverpool yang pernah mencetak gol ke gawang timnas Indonesia
di Stadion Utama Gelora Bung Karno itu benturan fisik dengan Evra. Bek
dan kapten Manchester United ini kesal. "Why did you kick me?" tanyanya.
Suarez yang merasa sebal karena selalu
dijegal Evra pada pertandingan 15 Oktober 2011 di Stadion Anfield itu
bukannya minta maaf. Suarez malah memaki Evra. Katanya, "Porgue tu eres
negrito," atau 'karena kamu negro'. Kasus ini menarik perhatian banyak
pihak. Bukan hanya di Inggris tapi melebar ke wilayah lain. Banyak yang
menghujat ucapan Suarez - yang sebenarnya tidak bule-bule banget karena
masuk kategori Latino. Tapi, koleganya di Liverpool total memberi
dukungan kepadanya. Minta maaf Suarez kepada publik tidak cukup untuk
menghapus penghinaan berbau rasis itu. FA menjatuhkan sanksi cukup
berat, yaitu 8 kali tidak boleh merumput ditambah denda 40 ribu pound
atau setengah miliar rupiah lebih. Berani berbuat berarti harus mau
menerima hukuman. FA masih membuka pintu kepada Liverpool hingga 13
Januari kalau ingin banding. Tampaknya para petinggi The Reds cenderung
pasrah. Pada tahun 60-an, para pegiat sosial di Amerika Serikat
melakukan kampanye bertemakan Black is Beautiful. Gerakan ini berhasil
mengangkat citra warga Afro-America dan secara perlahan menguasai
berbagai bidang di olah raga dan hiburan. Aneh juga ya, bagaimana
mindset kita terkontaminasi seolah menilai warna kulit putih lebih indah
dari warna hitam? Kenapa kulit hitam merasa diledek kalau dibilang
hitam dan merasa bangga kalau disebut kulitnya putih. Banyak paham
mengatakan bahwa seorang striker itu egois dan selalu ingin menjadi
pusat perhatian. Suarez misalnya, ia sering marah ketika gagal
menciptakan gol, apalagi merasa menjadi objek kekerasan bek lawan.
Ungkapan itu dipatahkan oleh Lionel Andres Messi. Anak Argentina ini
ditemukan dan dibawa ke Barcelona oleh pencari bakat Charles Rexach pada
usia 13 tahun. Di klub kaya Spanyol itulah ia bersama para pemain muda
lokal dibina di pusat latihan bernama La Masia. Messi sempat
dikategorikan tidak normal. Ia mengalami rendah diri karena didiagnosis
kekurangan hormon pertumbuhan dan divonis hanya memiliki tinggi 140 cm.
Perjalanan sejarah berbicara lain. Messi terus berjuang dan memiliki
watak santun, ulet, tidak mudah berang sehingga terkesan terlalu lembek
sebagai striker. Apa yang dibukukan Messi menjadi fenomenal. Walau
tingginya 169 cm, ia menutupinya dengan mengasah gerakan gesit, dribel
cepat, dan akurasi umpan. Bukan hanya cekatan membuka ruang kepada
rekannya, tapi juga sangat rajin mencetak gol. Tahun ini Messi kembali
mendapat penghargaan sebagai Pemain Terbaik Dunia Ballon d'Or FIFA.
Gelar itu diperoleh tiga kali berturut-turut setelah menyingkirkan dua
nama beken, Cristiano Ronaldo (Portugal-Real Madrid) dan Xavi Hernandez
(Spanyol-Barcelona). Messi membuktikan kepada dunia bahwa tinggi 169 cm
tetap mampu berkompetisi di tingkat paling sulit. Memang Messi dibekali
bakat alam luar biasa, tapi tanpa kemauan keras dan bimbingan yang
tepat dari para pakar semua itu akan sia-sia. Dalam permainan memang
tidak ada belas kasihan. Pemain tinggi besar akan melindas yang kurus
dan pendek. Di situlah letak seni memperagakan siapa sebenarnya yang
paling cerdas dan unggul. Ingat peristiwa di Senayan saat LA Galaxy
berlaga melawan timnas kita? Bintang sekaliber David Beckham pun tega
menghajar pemain mungil kita, Andik Vermansyah. Prinsipnya, bola boleh
lewat tapi orang harus jatuh. Permainan sepak bola memang keras tapi tunduk pada aturan main. Spirit seperti itu seharusnya yang dipegang para pembina sepak bola
kita sehingga tidak terjebak gontok-gontokan. Jadi, bertarunglah demi
prestasi, bukan membela kepentingan pribadi atau golongan.
==>VEM<==
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus